"Refleksi 93 Tahun Pemuda Muhammadiyah dalam Membangun Peradaban Bangsa"
Oleh : SEFTIAN EKO PRANATA, SE
Tepat pada 2 Mei 2025, Pemuda Muhammadiyah merayakan milad ke-93 tahun perjalanannya sebagai organisasi kepemudaan Islam tertua di Indonesia. Sembilan dekade lebih kiprah organisasi yang lahir dari rahim gerakan pencerahan Muhammadiyah ini telah menorehkan rekam jejak panjang dalam sejarah perjuangan bangsa. Dari masa perjuangan kemerdekaan, revolusi fisik, hingga era reformasi dan disrupsi digital saat ini, Pemuda Muhammadiyah telah membuktikan diri sebagai organisasi yang adaptif terhadap perubahan zaman tanpa kehilangan jati dirinya. Di tengah perayaan milad yang bermakna ini, refleksi mendalam tentang konsep "Pemuda Negarawan: Totalitas untuk Indonesia Raya" menjadi sangat relevan untuk dijadikan landasan gerak organisasi dalam menghadapi kompleksitas tantangan masa depan.
Konsep "Pemuda Negarawan" bukanlah sekadar jargon kosong atau slogan ceremonial belaka. Ia merupakan paradigma fundamental yang menekankan peran strategis pemuda sebagai motor penggerak kemajuan bangsa dengan mengedepankan kenegarawanan dalam setiap langkah dan kontribusinya. Di era digital yang ditandai dengan fragmentasi sosial, polarisasi politik, dan krisis identitas, kehadiran pemuda negarawan menjadi kian urgen. Mereka bukan sekadar aktivis yang vokal dalam menyuarakan kritik atau intelektual yang cakap dalam berteori, melainkan sosok yang memiliki visi kebangsaan jangka panjang, memahami secara mendalam sejarah dan nilai-nilai luhur bangsa, serta berkomitmen penuh mengabdikan diri untuk kepentingan Indonesia yang lebih besar.
Totalitas yang dimaksud dalam konsep ini mencakup kesiapan pemuda untuk mengoptimalkan seluruh potensi dirinya dalam berbagai bidang pendidikan, ekonomi, politik, sosial, budaya, dan teknologi demi mewujudkan Indonesia yang berdaulat, mandiri, dan bermartabat di kancah global. Pemuda Muhammadiyah, dengan basis nilai Islam berkemajuan yang dianutnya, memiliki modal dasar yang kuat untuk mengejawantahkan konsep ini. Semangat tajdid (pembaharuan) yang menjadi ruh gerakan Muhammadiyah memberikan landasan ideologis bagi pemuda untuk senantiasa berinovasi dan beradaptasi dengan kebutuhan zaman, tanpa terjebak pada konservatisme sempit atau liberalisme tanpa akar.
Karakteristik Pemuda Negarawan Dalam Lintasan Sejarah
Dalam lintasan sejarah pergerakan nasional, kita dapat melihat berbagai figur pemuda negarawan yang memberikan teladan kepemimpinan autentik. Dari sosok Ki Bagus Hadikusumo yang dengan tegas mempertahankan prinsip ketuhanan dalam Pancasila, Kasman Singodimedjo yang menunjukkan keteguhan sikap dalam membela konstitusi, hingga generasi muda Muhammadiyah kontemporer yang aktif dalam berbagai bidang pembangunan bangsa semuanya menunjukkan karakteristik khas seorang negarawan sejati. Pemuda negarawan memiliki integritas moral yang tak tergoyahkan, kemampuan berpikir strategis dan visioner, keberanian mengambil risiko demi kebenaran, serta kebijaksanaan dalam menyikapi perbedaan. Mereka tidak terjebak pada kepentingan jangka pendek, politik identitas sempit, atau pragmatisme kekuasaan, melainkan selalu menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas segalanya. Pemuda negarawan juga memiliki kematangan emosional untuk bersikap adil dan proporsional, terutama dalam menghadapi isu-isu sensitif yang berpotensi memecah belah persatuan bangsa.
Dalam konteks kekinian, karakteristik ini perlu direvitalisasi dan dikontekstualisasikan. Di era post-truth dan informasi yang berlimpah, namun minim kedalaman, pemuda negarawan dituntut memiliki kemampuan literasi kritis yang mumpuni. Di tengah menguatnya sectarianisme dan populisme identitas, pemuda negarawan harus mampu menjembatani berbagai perbedaan dan menjadi perekat keberagaman.
Di hadapan kompleksitas masalah global seperti perubahan iklim, kesenjangan digital, dan disrupsi ekonomi, pemuda negarawan perlu memiliki wawasan kosmopolitan namun tetap berpijak pada kearifan lokal dan nilai-nilai kebangsaan.
Urgensi Kepemimpinan Negarawan di Tengah Krisis Multidimensi
Saat ini, Indonesia dan dunia sedang menghadapi krisis multidimensi yang kompleks. Pandemi Covid-19 telah mengakselerasi berbagai perubahan sosial, ekonomi, dan politik secara masif. Ketimpangan ekonomi yang semakin melebar, ancaman radikalisme dan ekstremisme yang tak kunjung surut, degradasi lingkungan yang mengkhawatirkan, dan melemahnya kohesi sosial menjadi tantangan nyata yang membutuhkan solusi komprehensif. Di tengah situasi ini, kepemimpinan negarawan menjadi kebutuhan mendesak, bukan kemewahan yang bisa ditunda.
Pemuda Muhammadiyah dengan jaringannya yang tersebar hingga ke pelosok negeri, memiliki potensi strategis untuk melahirkan pemimpin-pemimpin negarawan yang dibutuhkan zaman. Doktrin "high politics" yang diusung Amien Rais salah satu alumni terbaik Pemuda Muhammadiyah patut dihidupkan kembali dan diperkenalkan kepada generasi baru.
High politics adalah politik yang dilandasi nilai-nilai luhur, berorientasi pada kemaslahatan umum, dan menjunjung tinggi etika publik. Ini adalah antitesis dari "low politics" yang penuh intrik, manipulatif, dan berorientasi pada kekuasaan semata.
Totalitas untuk Indonesia Raya mengandung makna kesediaan pemuda untuk bertindak sebagai subjek perubahan yang aktif, bukan sekadar penonton pasif atau pengkritik tanpa solusi konkret. Di tengah disrupsi teknologi, krisis multidimensi, dan berbagai ketimpangan sosial-ekonomi, dibutuhkan pemuda yang tidak hanya cakap dalam literasi digital dan global, tetapi juga memiliki ketangguhan karakter dan kemampuan untuk menawarkan solusi inovatif terhadap permasalahan bangsa. Pemuda Muhammadiyah perlu mengambil posisi terdepan dalam hal ini, menjadi pioneer yang berani melakukan terobosan kreatif dan strategis.
Membangun Ekosistem Pengkaderan Negarawan
Mewujudkan pemuda negarawan bukanlah perkara sederhana yang bisa dicapai secara instan. Dibutuhkan sistem pengkaderan yang terstruktur, sistematis, dan berkelanjutan untuk melahirkan generasi pemuda dengan kualitas kenegarawanan yang mumpuni. Ekosistem pendukung yang melibatkan berbagai pihak, mulai dari keluarga, institusi pendidikan, organisasi kepemudaan, hingga pemerintah, perlu dibangun secara sinergis.
Pendidikan karakter kebangsaan, pengembangan kepemimpinan autentik, penguatan wawasan kebangsaan, dan pemberian ruang partisipasi yang bermakna menjadi kunci penting dalam melahirkan generasi pemuda yang memiliki jiwa kenegarawanan. Pemuda Muhammadiyah, dengan infrastruktur organisasi yang mapan dan jaringan pendidikan yang luas, memiliki modal besar untuk membangun ekosistem ini. Sekolah-sekolah kader, pelatihan kepemimpinan yang berorientasi pada pembentukan karakter negarawan, dan program magang kepemimpinan di berbagai institusi publik perlu dirancang secara terintegratif.
Selain itu, penting juga untuk membangun jejaring kolaboratif dengan berbagai stakeholder nasional. Pemuda negarawan bukanlah sosok yang ekslusif dan tertutup, melainkan figur yang mampu membangun sinergi dan kolaborasi lintas sektor dan identitas. Pemuda Muhammadiyah perlu mempelopori berbagai forum dialog dan kolaborasi dengan organisasi kepemudaan lain, komunitas, pemerintah, dan sektor swasta untuk menyusun agenda bersama membangun Indonesia. Dengan demikian, konsep "Pemuda Negarawan: Totalitas untuk Indonesia Raya" tidak sekadar menjadi konsumsi internal, melainkan mampu menjadi gerakan masif yang melibatkan seluruh elemen bangsa.
Visi Indonesia Raya di Tengah Kompetisi Global
Totalitas untuk Indonesia Raya mengisyaratkan adanya visi besar tentang Indonesia yang ingin diwujudkan di masa depan. Visi ini bukan sekadar retorika patriotis, melainkan gambaran konkret tentang Indonesia yang berdaulat secara politik, mandiri secara ekonomi, bermartabat secara sosial-budaya, dan berkontribusi secara global. Di tengah persaingan geopolitik dan geoekonomi yang semakin ketat antara blok-blok kekuatan dunia, Indonesia perlu memiliki posisi yang jelas dan strategi yang tepat untuk menjamin kepentingan nasionalnya.
Pemuda negarawan tidak boleh absen dalam diskursus strategis semacam ini. Mereka perlu terlibat aktif dalam perumusan kebijakan publik, kajian-kajian strategis, dan diplomasi publik yang memperkuat posisi Indonesia di kancah global. Pemuda Muhammadiyah, dengan tradisi intelektual dan akademiknya, perlu menjadi think tank yang produktif melahirkan gagasan-gagasan segar tentang pembangunan Indonesia ke depan. Berbagai kajian yang memadukan perspektif keislaman, keindonesiaan, dan global dapat menjadi kontribusi signifikan dalam memperkaya khazanah pemikiran strategis bangsa.
Dari Refleksi Menuju Aksi
Memasuki usia ke-93, Pemuda Muhammadiyah berdiri di persimpangan sejarah yang krusial. Di satu sisi, terdapat kebanggaan atas capaian dan kontribusi selama sembilan dekade lebih. Di sisi lain, ada tanggung jawab besar untuk terus menjadi relevan dan signifikan bagi masa depan bangsa. Konsep "Pemuda Negarawan: Totalitas untuk Indonesia Raya" dapat menjadi kompas yang mengarahkan gerak organisasi ini dalam menavigasi kompleksitas tantangan zaman.
Pada akhirnya, konsep ini bukan sekadar jargon, melainkan panggilan untuk aksi nyata dan komitmen jangka panjang. Ini adalah ajakan bagi setiap pemuda Indonesia, khususnya kader Pemuda Muhammadiyah, untuk melihat peran dirinya dalam konteks kebangsaan yang lebih luas menjadi bagian dari narasi besar pembangunan peradaban bangsa.
Totalitas dalam konteks ini tidak berarti fanatisme sempit, melainkan dedikasi menyeluruh yang dilandasi pemahaman mendalam tentang hakikat bernegara dan kemampuan untuk menyeimbangkan idealisme dengan pragmatisme demi terwujudnya Indonesia Raya yang adil, makmur, dan bermartabat sebagaimana dicita-citakan oleh para pendiri bangsa.
Milad ke-93 ini hendaknya menjadi momentum untuk introspeksi sekaligus proyeksi. Introspeksi atas berbagai kekurangan dan tantangan internal yang dihadapi organisasi, serta proyeksi tentang peran strategis yang dapat dimainkan di masa depan. Dengan berpijak pada warisan historis yang kaya dan berorientasi pada visi Indonesia masa depan yang gemilang, Pemuda Muhammadiyah dapat terus menjadi salah satu pilar penting dalam bangunan kebangsaan Indonesia.
Selamat milad ke-93, Pemuda Muhammadiyah! Semoga tetap istiqomah menjadi gerakan pemuda Islam yang mencerahkan, memajukan, dan menginspirasi bangsa. Jayalah Indonesia Raya !