Ditengah Kemeriahan Idul Fitri 1444 H, Masih Ada Warga Madina Yang Susah Untuk Makan

 



 

Ditengah Kemeriahan Idul Fitri 1444 H, Masih Ada Warga Madina Yang Susah Untuk Makan

Jumat, 28 April 2023

Ompung Deling Rangkuti (77) hidup sendirian di gubuk pengasingan di Desa Jambur Padang Matinggi, Kecamatan Panyabungan Utara, Kabupaten Mandailing Natal, Kamis (27/04/23). (foto-syawal)

Metro7news.com | Madina - Hari Raya Idul Fitri 1444 H yang disambut dengan meriah dan riang oleh lapisan masyarakat di Kabupaten Mandailing Natal. Namun disela-sela orang merayakan hari kemenangan tersebut, ternyata masih ada orang yang butuh perhatian, yaitu Ompung (Kakek) Deling Rangkuti (77) yang hidup sebatang kara di gubuk dekat Jembatan Penghubung Naga Juang-Desa Jambur Padang Matinggi, Kecamatan Panyabungan Utara.


Hidup dengan penuh keterbatasan semenjak penyakit lumpuh yang dialami Ompung Deling Rangkuti membuatnya tidak dapat lagi menikmati usia senjanya, dan kini hanya mampu berharap belas kasihan dari orang yang melintas dari gubuk tempat dia tinggal.


Menurut Khoiriyah, Ompung Deling hidup dalam kondisi memprihatinkan, ia tinggal sebatang kara di gubuk kecil dengan kondisi mengidap penyakit kelumpuhan, miris, Ompung itu tidak memiliki sumber kehidupan.


Saat berkunjung, lanjut Khoiriyah, Ompung Deling bercerita, dia makan dari belas kasihan warga setempat, kadang ada yang memberi roti dan goreng pisang, kadang dalam sehari sebiji nasi pun ngak bisa dia makan sama sekali, karena tidak ada yang datang memberi.


“Untuk makan nasi sudah sangat jarang dalam lima bulan ini, katanya karena keluarganya jarang menjenguk apalagi mengantar bekal makanan sejak dirinya diasingkan di gubuk itu,” ujar Khoiriyah kepada Warta Mandailing, Kamis (27/04/23)


Perlu diketahui bahwa Ompung Deling tinggal di pondok dengan ukuran 2×3 meter, sosoknya yang begitu amat tegar menghuni gubuk tanpa penerangan lampu dalam dipengasingan tersebut.


“Alat penerangan kakek itu malam hari hanya mengandalkan senter mancis sebelum dirinya tertidur.” jelasnya.


Hingga saat ini, Ompung Deling sudah menghuni gubuk kecil itu jalan lima bulan, tinggal dalam gubuk derita tersebut menjadi pilihan setelah kakinya lumpuh satu tahun terakhir.


“Diceritakan Ompung, sebelumnya ia tinggal di ladang, karena kondisi kesehatan dengan umurnya yang semakin tua, lima bulan lalu warga membangun gubuk kecil untuk tempat tinggal si kakek.” ungkapnya.


Kepiluan semakin bertambah ketika Ompung Deling kesusahan saat ingin makan, ia begitu jarang makan nasi belakangan ini lantaran tidak memiliki perlengkapan rumah tangga dan uang untuk beli beras.


Bukan hanya untuk mendapatkan makanan begitu juga dengan buang hajat, untuk BAB kakek terpaksa menunggu warga yang lewat dari areal pondoknya, tak jarang warga menolak permintaan kakek untuk membopongnya ke sungai.


“Susahnya lagi, saat mau BAB, mau jalan sendiri tidak bisa, kadang untuk itu saya tahan sampai setengah hari, begitu cerita kakek.” kata Khoiriyah.


Amat miris ketika dirinya merasa sakit dan kelaparan tidak satupun orang yang mengetahui keadaannya, diketahui Ompung Deling terakhir dapat makan nasi hari kedua lebaran kemarin.


Namun meski hidup di tengah keterbatasan, tidak membuat kakek menyerah menghadapi kejamnya kehidupan, ia selalu berharap untuk bisa sembuh agar bisa bekerja lagi.


(Syawal)