![]() |
Sri Kumala saat melakukan reses di Desa Sei Jawi-jawi Kecamatan Sei Kepayang Barat Kab.Asahan, Jum'at (16/06/23). |
Metro7news.com | Medan - Anggota Fraksi Gerindra DPRD Sumut, Sri Kumala, SE, MM mencoba membungkam pers dengan cara mengancam akan melaporkan media ke polisi. Hal tersebut diungkapkannya melalui video berdurasi 2 menit 47 detik dan 1 menit 42 detik yang tersebar diberbagai Whatsapp Grup (WAG) di Asahan dan sekitarnya, Minggu (18/06/23).
Dalam video tersebut, Sri Kumala mengatakan, bahwa dirinya merasa sangat kesal dengan bahasa "Arogan" yang ditulis dan dimuat dalam pemberitaan oleh seorang awak media mengenai dirinya yang marah-marah dan mengusir warga saat melakukan reses di Desa Sei Jawi Jawi, Kecamatan Sei Kepayang Barat, Kabupaten Asahan, pada Jum'at (16/06/23) lalu.
![]() |
Sri Kumala bersama Tim Pemenangan Sri Kumala Center, saat membuat video ancaman, Minggu (18/06/23). |
Tak hanya kepada media, Sri Kumala juga mengancam beberapa pemilik akun Medsos seperti FB, Tiktok dan Snack Video yang memviralkan video dirinya saat marah-marah kepada seorang Mahasiswa Fakultas Dakwah AAIDU Asahan berinisial KUS dihadapan ratusan konstituen reses.
"Hal itu tidaklah benar, sebab dari awal saya sudah tanyakan ke floor, setelah acara saya buka, maka tak ada lagi yang boleh memasuki lokasi reses," ungkapnya.
Menurutnya, hal tersebut untuk menertibkan peserta reses dan menghindari adanya peserta susulan yang hanya akan mengharapkan dan mengambil momen bagi-bagi makanan.
"Yang perlu digaris bawahi oleh media, jangan coba-coba mencatut nama Anggota DPR untuk nama pribadi mencatutkan oknum, bahwa salah satunya adalah pencemaran nama baik yang sudah diatur oleh Undang-Undang," ujar Sri Kumala dalam rekaman video tersebut.
Menanggapi hal itu, Aktivis Mahasiswa Universitas Asahan, Azhari Munthe sangat menyesalkan perilaku arogan yang ditunjukkan oleh Sri Kumala kepada masyarakat dan mahasiswa disaat pelaksanaan resesnya di Sei Jawi Jawi minggu lalu.
"Apa yang ditulis oleh media kan memang fakta dilapangan, bukan hoaks, ratusan warga yang jadi saksinya. Jika pun ada warga yang terlambat, mereka dapat undangan lho, mereka juga punya urusan lain, tapi tetap ingin hadir. Harusnya Sri Kumala merasa bangga, sebab masyarakat masih bersedia menyambut kehadiran dia, bukan malah takut untuk memberi makanan kepada warga," ungkapnya kepada Metro7news.com di Kisaran, Selasa (20/06/23).
Lebih lanjut, Azhari menyoroti terkait larangan pelaksanaan reses yang dilakukan oleh seorang oknum DPRD Asahan yang membuat Sri Kumala geram dan terbawa emosi saat menggelar reses. Menurutnya, masyarakat tidak mengetahui perihal larangan tersebut, sehingga sangat tidak wajar jika Sri Kumala melampiaskan kekesalannya kepada warga.
"Info yang beredar, yang melarang dia kan masih satu partai dengan dia. Jadi, itu urusan internal dia di partai lah, jangan warga yang dijadikan pelampiasan. Satu hal lagi, warga bahkan tidak tau apa problema yang dia hadapi di partainya," ujar Azhari.
Ditambahkannya, video rekaman bernada ancaman terhadap media dan beberapa akun Medsos yang dibuat oleh Sri Kumala hanya akan memperlebar masalah dan menyulut kegaduhan. Hal itu juga sangat beresiko dan berpotensi memperburuk citra Sri Kumala sebagai seorang anggota parlemen yang akan bertarung di DPR RI.
"Jangan main ancam, media sebagai pilar demokrasi juga dilindungi oleh Undang-Undang. Dengan beredarnya video itu, sepertinya ada upaya Sri Kumala untuk membungkam pers. Ini sangat fatal dan berpotensi menyulut masalah yang lebih besar. Kami sebagai mahasiswa juga merasa tersinggung dengan sikapnya," pungkasnya.
Terkait hal tersebut, OK Rasyid, juru bicara Tim pemenangan Sri Kumala Center, saat dikonfirmasi oleh Metro7news.com, Senin (19/06/23) hanya mengatakan pihaknya masih sibuk di lokasi kegiatan.
"Bentar ya Pak, saya masih sibuk, ada acara ini," ucapnya singkat.
Sementara, Metro7news.com mencoba kembali melakukan konfirmasi kepada Ok Rasyid melalui Aplikasi WhatsApp, sayang dirinya enggan menjawab telepon wartawan, Selasa (20/06/23).
(Dst7)