Beginilah hasil pekerjaan jalan rabat beton yang bersumber dari Dana Desa Huta Lontung, Kecamatan Muara. Kabupaten Taput terkesan asal jadi.
Metro7news.com|Tarutung - Dalam rangka program kerja jangka pendek (PKJP) Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Serikat Pers Republik Indonesia (SPRI) Kabupaten Tapanuli Utara (Taput), Sumatera Utara, tidak henti-hentinya melakukan investigasi sebagai sosial kontrol pembangunan, baik yang sudah selesai maupun yang lagi proses pekerjaan, khususnya di Kabupaten Taput ini.
Tim DPC SPRI Taput menemukan pekerjaan rabat beton yang diduga memanipulasi campuran semennya, terlihat di lapangan campuran antara batu, semen dan pasir tidak menyatu sesuai dengan standar 1:2:3 atau 2:3:5.
"Pasir yang digunakan untuk campuran semen, kemungkinan besar pasir gunung yang belum di cuci, sehingga pasir tersebut masih bercampur lumpur. Jelas ini tidak diperbolehkan," tutur Ketua DPC SPRI Taput, Lamhot Silaban, ST di Desa Huta Lontung Muara, Tapanuli Utara, Selasa (17/10/23) lalu.
Sementara itu, batu kerikil yang digunakan ada sekita dua pertiga, semua kondisi kotor. Hal ini terlihat di lapangannya setelah selesai dikerjakan, dan kering terlihat permukaan jalan rabat beton tersebut menguning.
Hal ini diakui oleh salah seorang pekerja di lokasi pekerjaan tersebut. Apa yang diduga Tim Jurnalis DPC SPRI Taput itu benar.
"Campuran untuk rabat beton itu digunakan tidak sesuai pada umunya," tambah Lamhot kepada awak media.
Selanjutnya, Tim Jurnalis DPC SPRI Taput yang didampingi salah seorang perangkat Desa Huta Lontung Muara meninjau lokasi yang akan dilaksanakan pembangunan rabat beton, dan menemukan batu yang akan digunakan nampak kotor bercampur tanah.
Sebelum bergerak kelokasi proyek, Tim DPC SPRI Taput sudah meminta izin ke kantor desa, dan ketemu langsung dengan kepala desa dan memberikan izin.
"Setelah dari lapangan nanti, kita ketemu di kantor," ujar kepala desa.
Karena pada saat itu, kepala desa sedang ada tamu dari Inspektorat Kabupaten Tapanuli Utara, Irban dua.
Sayangnya, setelah selesai dari lokasi proyek, tim langsung datang ke kantor desa, sesuai janji Kepala Desa Huta Lontung Muara.
"Sesampai kami di kantor desa, kepala desa sudah tidak berada di kantor, saat dihubungi juga tidak mau mengangkat telponnya selulernya," kesal Lamhot Silaban.
Yang parah lagi, Kantor Kepala Desa Huta Lontung, tidak ada terlihat panjangan lambang negara (Burung Garuda), juga tidak ada foto Bupati dan wakilnya tidak ada terpajang didinding ruangan kepala desa, seperti biasa di kantor pemerintahan lainnya.
"Kepala desa sudah pergi bersama inspektorat yang tadi datang pak," ujarnya salah seorang perangkat desa tersebut kepada tim.
(B. Simanjuntak)