-->

Notification

×

Iklan

Hari Jadi ke-63 Subulussalam, BM Bacakan Naskah Sejarah Terbentuknya Subulussalam ‎

Minggu, 14 September 2025 | September 14, 2025 WIB Last Updated 2025-09-14T06:40:38Z
Bahagia Maha saat membacakan naskah sejarah terbentuknya Subulussalam, dalam memperingati hari lahirnya ke-63 Subulussalam yang digelar di Lapangan Sada Kata, Komplek Perkantoran Wali Kota Subulussalam, Minggu, (14/09/25).

Metro7news.com|Subulussalam - Bahagia Maha (BM) salah seorang tokoh Pemekaran Kota Subulussalam sekaligus eks anggota DPRK periode 2019-2024, hari ini membacakan naskah sejarah terbentuknya Subulussalam di Lapangan Sada Kata, Komplek Perkantoran Wali Kota Subulussalam, Minggu, (14/09/25).

‎Upacara Peringatan Hari Jadi Subulussalam yang ke-63 tahun ini, turut dihadiri oleh Wakil Gubernur Aceh, Fadlullah, ia juga bertindak sebagai inspektur upacara, sedangkan BM selaku pembaca naskah.

‎Bahagian Maha, mengatakan, pemberian nama Subulussalam ini pada Tahun 1962 oleh ulama kharismatik serta menjabat Gubernur Aceh, Almarhum Prof. Ali Hasymi, saat berkunjung ke Rundeng Subulussalam, yang dulunya masih dalam wilayah Aceh Selatan.


Wagub Aceh H. Fadhlullah. SE bersama Wali Kota H. Rasyid Bancin dan Wakil Wali kota Nasir. SE dan para rombongan tiba di Lapangan Sada Kata.

‎Kata Bahagia Maha, "Subulussalam" arti dari Bahasa Arabnya,"Jalan Keselamatan dan Kesejahteraan", mengandung makna Subulussalam menjadi kota ibadah, berlandaskan Syariat Islam, sinarnya sampai ke Darussalam, Banda Aceh.

‎kepada awak media, dia melanjutkan, saat Aceh Singkil menjadi daerah otonom, pada 27 April 1999, mekar dari Kabupaten Aceh Selatan, yang pada saat itu, Provinsi Aceh dipimpin Syamsuddin Mahmud, terjadi perebutan ibu kota antara Singkil dan Simpang Kiri, bahkan masyarakat Simpang Kiri turun ke jalan melakukan protes.

‎Unjuk rasa pada saat itu, berhasil diredam, sehingga Aceh Singkil menjadi ibu kota kabupaten, sedangkan Simpang Kiri salah satu kecamatan dari tujuh kecamatan pada saat itu, yakni. Simpang Kiri, Rundeng, Kuta Baharu, Penanggalan, Sultan Daulat, Singkohor dan Longkib.

‎Secara fisik wilayah Subulussalam telah memenuhi persyaratan, sebagai daerah otonomi. Sehingga pada Tahun 2022, memunculkan tuntutan dari berbagai elemen masyarakat untuk membentuk Kota Subulussalam sebagai pemekaran dari Kabupaten Aceh Singkil.

‎"Terbentuklah panitia persiapan pemekaran Kota Subulussalam yang diketuai oleh H. Asmaudin, SE. Langkah ini mendapat respon positif oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Singkil Alm H. Makmursyah Putra. SH. Melalui Surat Bupati Aceh Singkil No 146I/2520/2002, tentang Dukungan Lahirnya Kota Subulussalam," pungkas BM.

‎Setelah melalui berbagai perjuangan yang sangat panjang dan dilandasi oleh semangat kebersamaan yang tinggi, sikap saling menghargai dan saling mendukung satu dengan yang lainnya, maka pada tanggal 2 Januari 2007 melalui Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2007 atau lebih kurang 5 tahun sejak muncul tuntutan pemekaran, akhirnya lahirlah ke Bumi Pertiwi Kota Subulussalam.

‎Pada 15 Juni 2007, Kota Subulussalam diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Ad Interim, Widodo AS di Banda Aceh, sekaligus Pelantikan Penjabat wali kota yang pertama yaitu H. Asmauddin, SE, dilanjutkan oleh Pj. Wali Kota, Drs. H. Martin Deski, MM, dan wali kota definitif dua kali dijabat H. Merah Sakti dan satu periode di jabat H. Affan Alfian Bintang, Hingga saat ini dipimpin oleh H. Rayid Bancin dan Nasir Kombih.

‎"Dulunya Subulussalam ini hanya desa, pada Tahun 1962, berjalannya waktu Subulussalam menjadi Kecamatan, alhamdulillah saat ini Subulussalam sudah menjadi kota berkat perjuangan dan doa bersama masyarakat Subulussalam," imbuh Bahagia Maha. 

‎(Amdan Harahap)

×
Berita Terbaru Update