-->

Notification

×

Iklan

Seruan Stop Normalisasi KDRT Melalui Preview Film Suamiku, Lukaku di Perayaan HUT Komunitas Perempuan Berkebaya ‎

Senin, 15 Desember 2025 | Desember 15, 2025 WIB Last Updated 2025-12-15T08:29:15Z
Komunitas Perempuan Berkebaya (KPB) merayakan hari ulang tahunnya ke-11 pada Sabtu (13/12/2025) di SCTV Tower, Jakarta dengan serangkaian kegiatan edukasi, termasuk belajar menggunakan tengkuluk khas Jambi.

Metro7news.com|Jakarta - Komunitas Perempuan Berkebaya (KPB) merayakan hari ulang tahunnya ke-11 pada Sabtu (13/12/2025) di SCTV Tower, Jakarta dengan serangkaian kegiatan edukasi, termasuk belajar menggunakan tengkuluk khas Jambi, preview film Suamiku, Lukaku yang menjadi pemantik diskusi berisi ajakan stop menormalisasi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT).

‎Perayaan HUT ke-11 KPB dilangsungkan berkolaborasi dengan Sinemart, Tarantella Pictures, The Big Pictures, Women’s Crisis Center (WCC) Pantura dan Persatuan Wanita Jambi (Perwaja).

‎Pada sesi diskusi bertema “Stop Normalisasi KDRT. Cerita Pembuatan Film Suamiku, Lukaku” pasca preview film tersebut, Produser dan Sutradara Sharad Sharan menyampaikan perkiraan penayangan perdana film bergengsi edukasi ini, yakni pada Perayaan Hari Kartini di bulan April 2026.

“Saya sangat bahagia karena film ini (Suamiku, Lukaku) sudah lolos sensor, tidak ada satu pun (yang di) cut. Film ini buat edukasi, bukan buat seks, kekerasan. Ini (hal-hal) yang sudah terjadi (di masyarakat,” kata Sharad tentang argumen yang disampaikan kepada Badan Sensor Film.

‎  

‎Sementara Anissa Putri Ayudya yang merupakan  intimacy coordinator (IC) atau koordinator akting intimasi selama proses produksi film Suamiku, Lukaku menjelaskan tentang ruang lingkup IC dalam pembuatan film.  


Ia menekankan agar semua orang berani memberikan batasan terhadap orang lain yang dapat menjadi salah satu cara mencegah kekerasan terjadi, termasuk KDRT.

‎Direktur WCC Puantara, Siti Husna Lebby Amin dalam diskusi tersebut menyampaikan walau berbagai payung hukum, namun normalisasi terhadap KDRT masih terus terjadi di Indonesia karena undang-undang yang ada belum tersosialisasi dengan baik.

‎“Dari film ini pengetahuan kita tentang stop KDRT bisa kita lakukan bersama. Tapi jangan tunggu sampai terjadi baru dilaporkan, harus dilakukan pencegahan,” kata Husna yang.

‎Dijelaskannya, bahwa di film Suamiku, Lukaku disarikan beragam bentuk KDRT baik fisik, psikis, penelantaran ekonomi dan kekerasan seks di dalam rumah tangga. 

‎Pada perayaan HUT ke-11 KPB tersebut untuk pertama kalinya thriller film Suamiku, Lukaku diperkenalkan kepada publik.

‎Pada sesi edukasi budaya, Perwaja memperkenalkan sedikitnya empat model tengkuluk atau ikat kepala khas Jambi dari 98 model. Tengkuluk khas Jambi dalam penggunaannya memiliki berbagai makna, di antaranya status sosial, pernikahan, dan aktivitas yang akan dilakukan.

‎Ketua KPB, Lia Nathalia pada perayaan HUT ke-11 KPB menjelaskan tentang cara memotong tumpeng yang benar yang sudah lama tidak dipraktikkan lagi di Indonesia.

‎Pada kesempatan itu, KPB memberikan apresiasi kepada para mitranya yang telah berkolaborasi selama 11 tahun perjalanan komunitas budaya tersebut, di antaranya adalah kepada para kolaborator kegiatan, mitra komunitas yang hadir, yakni Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI), Sekar Ayu Jiwanta, Arunika, Ikatan Wartawan Online (IWO), Rampak Sarinah, Kebaya Foundation, Komunitas Ina Gandong, Persada Indonesia.

‎“Sebuah kebahagiaan mewarnai perjalanan 11 tahun Komunitas Perempuan Berkebaya kami dapat berkumpul bersama bersama anggota dan pengurus serta perwakilan mitra kami untuk belajar bersama tentang tiga hal, yakni ikat kepala perempuan khas Jambi, yakni tengkuluk, edukasi singkat memotong tumpeng dan diskusi tentang KDRT yang diawali dengan pemutaran thriller dan preview film Suamiku, Lukaku,” kata Lia Nathalia.

‎Latar Belakang Film Suamiku Lukaku

‎Flim ini disutradarai oleh Viva Westi dan Sharad Sharan, Suamiku Lukaku diperkuat oleh jajaran pemain ternama, di antaranya Ayu Azhari, Acha Septriasa, Baim Wong, Raline Shah, dan Mathias Muchus. 

‎Setiap bintang membawa pengaruh dan suaranya untuk memperkuat pesan mendesak film ini, bahwa tidak ada perempuan yang boleh dibungkam, di marginalkan, atau terjebak dalam lingkaran kekerasan di rumah tangga mereka.

‎Tantangan yang Kita Hadapi

‎Indonesia masih bergulat dengan tingginya angka kekerasan berbasis gender. Menurut laporan Komnas Perempuan 2023, tercatat terdapat lebih dari 339.000 kasus kekerasan terhadap perempuan, dengan mayoritas terjadi di ranah domestik.  


Para ahli menekankan bahwa jumlah tersebut kemungkinan jauh lebih tinggi, karena banyak korban memilih untuk diam akibat stigma, ketakutan akan balasan, dan keterbatasan akses pada dukungan hukum maupun sosial.

‎Diamnya para korban merupakan tantangan terbesar yang justru memperpanjang siklus kekerasan dan marginalisasi. Memutus rantai ini membutuhkan bukan hanya keberanian dari para penyintas, 

‎(Amdan Harahap)

×
Berita Terbaru Update